Minggu, 23 Januari 2011

Waduk penjalin

Waduk Penjalin

Minggu, 16 Januari 2011



SETELAH sepekan penuh bergelut dengan rutinitas pekerjaan, ada baiknya kita sejenak mencari penyegaran. Nah, jika
Anda menginginkan suasana tenang sambil menikmati keindahan landscapealam yang masih alami, pilihan tepat adalah
Waduk Penjalin di Desa Winduaji, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes.
Melewatkan sore hari di tengah Waduk Penjalin tak ubahnya mereguk kesegaran air pegunungan. Memang, sepintas
tidak ada kesan sebuah tempat wisata di Waduk Penjalin.Tidak ada papan petunjuk yang memandu pengunjung ke arah
waduk. Namun bila Anda sampai di wilayah Paguyangan, tanyalah pada penduduk setempat. Anda akan langsung
ditunjukkan ke satu jalur menuju danau buatan seluas 126 ha itu. Anda harus menaiki sekitar 300 anak tangga untuk
mencapai bibir waduk. Cukup melelahkan untuk sampai di anak tangga paling atas, tetapi akan segera sirna dan
berubah menjadi kekaguman sesampai di atas. Gemericik air pecah di bebatuan seolah menjadi keasyikan tersendiri
bagi pengunjung. Pun, ketika mata memandang di sepanjang hamparan permukaan air. Ketenangan suasana alam akan
merasuk ke alam pikiran dan membuat jiwa hanyut dalam pesona alam. Betapa kecilnya manusia di hadapan sang
Khalik.Petualangan alam di Waduk Penjalin akan lebih mengasyikkan bila kita menjelajahi sepanjang waduk. Untuk
mencapai bibir seberang, Anda cukup menyewa perahu kecil yang sudah disiapkan warga setempat. Hanya dengan
uang Rp 20.000, kita dapat mengelilingi waduk sepuasnya hingga kembali ke tempat. Perjalanan di atas perahu mengelilingi waduk tak ubah
seperti keasyikan yang tiada habis. Satu hal bila Anda penggemar mancing, akan lebih afdol membawa peralatan
pancing naik perahu. Sambil meresapi kesunyian alam, kita akan tenggelam dalam sensasi keasyikan menarik kail
pancing. Menurut salah seorang warga, Mardianto (40), Waduk Penjalin sudah berdiri waktu zaman kemerdekaan.
Menurut orang tuanya, waduk itu dibangun pada masa penjajahan Belanda.Dari waduk itu selanjutnya menyebar
menjadi jaringan pengairan yang mengaliri puluhan hektare lahan pertanian warga sekitar. “Waduk itu juga dipakai untuk
memelihara ikan,” kata dia. Warga yang memanfaatkan potensi perairan danau buatan tersebut membuat paguyuban
tersendiri. Kegiatan mereka selain membuat karamba ikan, juga membudidayakan berbagai tanaman pertanian. (din)
www.radartegal.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar